We Do Green

AMBIENCE

Posted by Agus Hariyono

Dalam hal atau suasana apapun, agaknya tidak berpengaruh

Iseng

GENTELMAN

Posted by Agus Hariyono

Kadang tergesa - gesa, kadang mengacuhkan,
kadang pula membuat orang merasa tersinggung,
padahal hatinya ingin sebuah kesopanan dan kelembutan

iseng

URGENT

Posted by Agus Hariyono

Suka hal - hal penting padahal gak penting
dan selalu dibuat lebih penting lago

iseng

SURGE

Posted by Agus Hariyono

Walaupun seiring dengan kesusahan ini, matipun tak akan terbayang

HURRY

Posted by Agus Hariyono

Orang yang sangat tergesa - gesa,
tergopoh - gopoh, itulah aku.

KOLONISASI MAKNA & PERJUANGAN IDEOLOGI MELAWANNYA

ditulis oleh artnya On Wednesday, March 25, 2009
Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai ideology. Dengan kata “setiap orang” maka tidak mungkin kita mengandaikan Homo Jakartensis juga sebagai satu karakter saja.

Homo jakartensis tentunya juga terhipotesa dalam tiga posisi; Apakah ideologinya terhegemoni wacana dominan, bernegosiasi dengan wacana dominan tersebut ataukah peroposisi sama sekali. Selama hegemoni dipahami sebagai kondisi yang berada dalam proses, maka ketiga posisi hipotetis itu pun mestinya dipandang sebagai pergulatan antarwacana dalam perjuangan ideology.

Bagaimanakah bentuknya bias kita lihat di Jakarta? Saya kira bentuk paling klise yang sering kita dengar adalah usaha meraih kesusksesan. Sukses artinya berhasil, tetapi berhasil ngapain? Maka kita dapat menyaksikan konotasi wacana dominan yang telah diberikan kepada kata “sukses” tersebut: Kita tidak dapat mengatakan seseorang sukses jika secara financial ia tidak berkecukupan, tidak terkenal dan tidak mempunyai jabatan yang tinggi dalam struktur hirarkis. Tentunya seorang guru teladan tidak mempunyai kualitas, justru meski ia sebaliknya sangat berkualitas, konotasi “sukses” di kota besar telah mengalami kolonisasi makna berkat hegemoni wacana dalam media.

Risiko dari kolonisasi kata suskes dengan penandaan mobil mewah, kehidupan gemerlap dan kursi kencana adalah pengesahan kata yang sebaliknya dalam oposisi biner; Ada sukses tentu ada gagal. Tepatnya, jika ada yang sukses maka harus ada yang di-gagal-kan. Kerana tidak semuanya bias sukses bersama bukan? Kita tidak bisa kaya bersama, terkenal bersama atau menempati posisi yang tinggi bersama. Dalam piramida korban manusia, tidak semuanya dapat disebut sepenuhnya sukses. Di bawah yang sukses ada yang hanya setengah sukses, seperempat sukses, seperdelapan sukses, pokoknya survive-lah dan lapisan paling dasar adalah mereka yang terkorbankan demi kesuksesan mereka yang berada di puncak pyramid tersebut.

Ini berarti mereka yang berada di bawah adalah golongan terbawahkan:Tiadalagi kuepen dapatan yang bias mereka perebutkan,hirarki kelas social tidak memberi mereka kesempatan berubah, meski bekerja lebih rajin dari pada semut-yang bias dilakukan adalah suatu perjuangan semiotik, yakni perjuangan lewat tanda-tanda. Ketidak seimbangan neraca ekonomi finansial dapat diperbaiki melalui situs yang diberikan ekonomi budaya, bahwa golongan terbawahkan ini memiliki identitas social yang bermakna dan menyamankan diri mereka sendiri.

Tepatnya, Jika ada yang sukses maka harus ada juga yang di-gagal-kan. Karena tidak semuanya bias sukses bersama bukan?

Dari hari ke hari, pembermaknaan semacam ini akhirnya menyeruak dan pada gilirannya akan memaksa kelompok dominan bernegosiasi, memang untuk mempertahankan hegemoninya sendiri.Masalahnya, seberapajauh penanda¬penanda dalam perjuangan semiotic mampu mengubah neraca finansialnya? Sebaliknya,jika orang miskin menjadi kaya, bisakah ia tetap berbudaya miskin secara mandiri dan tidak usah menggantinya dengan pura-pura menjadi orang kaya? Hegemoni semacam ini tidak akan mengubah neraca ekonomi budayanya: Orang miskin bias menjadi kaya, tetapi tetap tidak memiliki dirinya sendiri. Dalam konsep alienasi Marx, buruh tak memiliki karyanya, kecuali membelinya dengan upah atas tenaganya untuk produk tersebut.

Perjuangan ideologis berada di wilayah semacam ini. Alienasi tidak perlu terjadi jika kelas terbawahkan mendapatkan pilihan dalam konsumsi makna untuk memperkaya diri mereka. ldeologi disini bukanlah kesadaran palsu seperti kecaman Marx atas cara bekerja kapitalisme, yang mengesahkan keterbawahan kelas bawah, sebaliknya mendorong mereka untuk melawan, meski hanya dalam wilayah penandaan-karena toh sudah terbukti penuh daya dalam pembermaknaan. Musik dangdut boleh disebut hanya menggemukkan kocek parakapitalis dalam ekonomi finanslal, tetapi musik dangdut telah memberikan identitassosial kepada kelas terbawahkan, sedangkan identitas adalah rurnah jiwa yang tidak ternilai dalam ekonomi budaya.

Dengan katalain,para korban bias melawan, dan artinya tidak lagi terkorbankan. Tiadalagi kesadaran palsu yang melibatkan kodrat, takdir, dan nasib dalam mengesahkan keberadaan korban, melainkan keberadaan korban dalam keterbawahan itulah yang memberi kesahihan untuk melawan hegemoni makna.Begitulah ideology memberikan kepada siapapun suatu kesahihan untuk hidup - bukan sekadar hidup dalarn kepasrahan menerima kegagalan sebagai kekalahan.

Memandang Jakarta, memandang belantara tanda-tanda, memandang medan pertempuran semiotik.Homo Jakartensis hidup dengan tanda-tanda itu dalam dirinya, yang masihlah harus diberinya makna. Tanda adalah peleburan penanda dan petanda yang ditandainya. Namun kita tidak dapat melihat petanda, yang terlihat hanyalah penanda, menjadi belantara tanda-tanda, termasuk di sana yang selama ini kita sebut bahasa. Ketika bahasa yang paling langsung, jujur,dan setia kepada nalar pun hanyalah penanda, bagaimanakah caranya kita, misalnya, melihat diri kita? Apabila kemudian kita sahih disebut Homo Jakartensis, maka pluralitas teks dalam diri kita semangkin kompleks adanya. Diri yang kompleks memandang Jakarta yang kompleks: Pigimana jadinya? Bolehkah kita curigai metodologi ilmu pengetahuan sebagai terlalu menyederhanakannya - atau melakukan kolonisasi makna kepadanya?

itulah ironi memandang Jakarta, sementara yang memandang berada di dalamnya!

0 Response to "KOLONISASI MAKNA & PERJUANGAN IDEOLOGI MELAWANNYA"

Post a Comment

TERIMA KASIH
Atas komentar yang telah Anda berikan

    My Plurk

    dan mereka tau apa yang mereka lakukan

    Facebook Status Stream

    Blog Archive

    Followers

    QUOTE

    "Membuat keputusan hanyalah permulaan. Bila seseorang membuat keputusan, sebenarnya ia menyelam ke dalam arus kuat yang akan membawanya ke tempat - tempat yang tak pernah ia mimpikan saat pertama kali membuat keputusan itu"
    ==Paulo Caelho==